
Virus Zika kembali menjadi perhatian dunia kesehatan setelah beberapa kasus penularan ditemukan di berbagai wilayah, termasuk Indonesia. Bagi wanita hamil, ancaman virus ini sangat serius karena dapat menimbulkan komplikasi pada janin, seperti mikrosefali dan gangguan perkembangan saraf. Oleh karena itu, perlu adanya kewaspadaan ekstra dan pemahaman mendalam mengenai risiko, gejala, serta pencegahan infeksi virus Zika. Artikel ini disusun untuk memberikan informasi komprehensif bagi masyarakat, khususnya ibu hamil, atas pedoman dari PAFI Kab. Natuna (Persatuan Ahli Farmasi Indonesia).
Latar Belakang Virus Zika
Virus Zika pertama kali diidentifikasi pada tahun 1947 di hutan Zika, Uganda. Dalam beberapa dekade berikutnya, virus ini hanya dianggap sebagai penyakit ringan dengan gejala ringan seperti demam rendah, ruam, nyeri sendi, dan konjungtivitis. Namun, wabah besar di Amerika Selatan pada 2015–2016 mengungkap fakta serius bahwa Zika dapat menyebabkan mikrosefali pada bayi yang lahir dari ibu terinfeksi. Sejak itu, WHO menyatakan virus Zika sebagai darurat kesehatan masyarakat global.
Cara Penularan dan Gejala
Virus Zika umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus, yang juga merupakan vektor demam berdarah. Selain itu, penularan dapat terjadi melalui hubungan seksual, transfusi darah, dan pada saat persalinan. Gejala infeksi biasanya muncul 3–12 hari setelah terpapar dan meliputi demam ringan, ruam kulit, nyeri sendi, sakit kepala, dan kelelahan. Pada ibu hamil, gejala dapat terkesan ringan sehingga sering tidak terdiagnosis tepat waktu.
Dampak pada Kehamilan
Yang paling dikhawatirkan dari infeksi virus Zika adalah dampaknya pada perkembangan janin. Virus ini dapat menyeberangi plasenta dan menyerang otak janin, menyebabkan mikrosefali (lingkar kepala bayi sangat kecil) dan gangguan neurodevelopment lain seperti keterlambatan perkembangan motorik dan kognitif. Beberapa studi juga menunjukkan risiko lain seperti abortus spontan, kelainan mata, dan gangguan pendengaran pada bayi.
Peran PAFI dalam Pencegahan dan Edukasi
PAFI Kab. Natuna berperan aktif dalam menyebarkan informasi akurat mengenai obat dan terapi terkait pencegahan infeksi. Melalui sosialisasi dan pelatihan kepada tenaga kesehatan serta masyarakat, PAFI memberikan panduan penggunaan insektisida, obat antipiretik, dan suplemen gizi untuk ibu hamil. Selain itu, pafi juga mengedukasi tentang pentingnya konsultasi rutin ke fasilitas kesehatan dan pemeriksaan serologi untuk memantau risiko infeksi.
Upaya Pencegahan Keluarga
- Menghindari Gigitan Nyamuk
- Pasang kelambu dan kawat nyamuk di rumah
- Gunakan obat nyamuk bakar atau semprot yang aman untuk ibu hamil
- Pakai pakaian berlengan panjang dan celana panjang saat berada di area rawan nyamuk
- Kebersihan Lingkungan
- Bersihkan genangan air di pekarangan
- Tutup wadah penampungan air
- Buang sampah dan barang bekas yang menampung air
- Konsultasi Rutin ke Bidan/Obgyn
- Lakukan pemeriksaan trimester sesuai jadwal
- Diskusikan gejala mencurigakan dengan tenaga kesehatan
- Minta pemeriksaan laboratorium jika diperlukan
Tanda Bahaya dan Tindakan Darurat Segera hubungi fasilitas kesehatan terdekat jika ibu hamil mengalami gejala berikut:
- Demam tinggi bertahan lebih dari 3 hari
- Ruam menyebar yang disertai nyeri sendi hebat
- Sakit kepala berat dan pandangan kabur
- Penurunan gerakan janin
Kesadaran akan bahaya virus Zika pada wanita hamil harus diutamakan. Dukungan edukasi dari PAFI Kab. Natuna membantu masyarakat memahami pentingnya pencegahan dan deteksi dini. Dengan menerapkan langkah-langkah pengendalian nyamuk, menjaga kebersihan lingkungan, dan rutin berkonsultasi dengan tenaga kesehatan, risiko komplikasi serius pada kehamilan dapat diminimalkan. Semoga artikel ini dapat menjadi panduan praktis bagi para ibu hamil agar selalu waspada dan terlindungi dari ancaman virus Zika.